Friday 26 August 2011

Agenda Putih

     Keesokan harinya Langit dan Luna makan siang di café depan kantor . Langit mengajak Luna makan siang karena ada yang ingin ia bicarakan . Luna menebak itu tentang keberangkatannya ke New York .
“ Gue mau berangkat ke New York, tempat lo pemotretan “ katanya ringan .
“ Oh ya , ngapain ?” Luna pura-pura bego .
“ Gue pindah kuliah disana dan transkip nilai gue udah diterima ,  jadi tinggal mulai kuliah aja “.
“ Owhh.. bagus donk , tapi kok baru cerita sekarang ?” tanya Luna sok seperti Luna yang biasanya padahal hatinya sakit .
“ Gue pengennya udah pasti , kalau gue gembor-gembor tapi belum pasti ntar tahunya nggak jadikan gue yang malu “ Langit tampak santai sekali mengatakan itu . Apa dia tidak tahu bagaimana perasaan Luna saat ini . Langit mengulurkan tangannya untuk menyentuh jemari Luna diatas meja .” Jangan kangenin gue ya “ katanya nyengir .
“ Gue nggak bakalan kangen lo, kan ada kalung pemberian lo yang nemenin gue “.
“ Iya ya, gue juga punya gelang ini “ dia menunjukkan gelang pemberian Luna dan mereka sama-sama tertawa . Tawa yang sangat Luna paksakan karena ia merasa sakit sekali mendengar kabar ini . 

            Dua hari kemudian , begitu Luna datang pagi-pagi ia melihat meja Langit sudah kosong tidak ada lagi barang-barang Langit diatasnya . Langit akan ke New York dan ia belum tahu siapa yang akan menggantikan Langit menjadi creative head . Luna menghampiri meja Langit dan duduk dikursinya . Ia membuka laci pertama dan kosong , lalu membuka laci kedua juga kosong , Luna membuka laci ketiga dan ada beberapa map-map dan berkas . Sepertinya arsip lama, namun ada sesuatu yang membuat Luna tertarik .Ia menarik laci itu sampai benar-benar keluar dan tampaklah sebuah buku agenda bersampul kulit putih . Luna mengambilnya, ia pernah melihat Langit membawa-bawa agenda ini . Tapi kenapa ia meninggalkan agendanya disini atau ia lupa kalau ia menaruhnya di laci ini . Luna mengambilnya dan menaruhnya supaya aman didalam tas Luna . Ternyata Langit akan berangkat dalam waktu dekat jadi dia sudah resign dari perusahaan . Dan harus bersiap-siap untuk segera berangkat ke New York . Itulah yang diberitahukan mas Fahri padanya .
“ Kamu beneran nggak apa-apa Lun ?”.
“ Emangnya Luna harus gimana mas ?”.
“ Kamu sama Langit .. “.
“ Nggak mas, Luna dan Langit sama sekali nggak ada hubungan apa-apa selain teman dekat aja kok “.
“ Mas nggak yakin teman dekat aja “.
“ Mas, udah deh “. Fahri bisa memahami bagaimana perasaan Luna saat ini jadi dia tidak ingin terlalu memaksa Luna .

            Begitu sudah sampai dirumah Luna langsung rebahan diatas kasurnya , ia memandang langit-langit kamarnya . Dan teringat pada agenda putih itu . Luna meraih tasnya dan mengeluarkan agenda itu . Ia menyentuh sampul kulitnya . Apa boleh gue buka nih agenda batin Luna tapi inikan agenda Langit . Luna membatalkan niatnya , namun agenda itu terasa memaksa untuk dibuka , maka akhirnya hatinya yang dilanda keingintahuan menang . Ia membuka agendanya dan ada kertas putih bertulis 

17 tahun dikasih agenda ini plus tiket ke New York sama bokap
Bokap bilang mulai sekarang gue harus menulis rencana gue
Rencana masa depan gue
Di agenda ini

                                                                Owner
                                                             Langit Lazuardi Adinata

            Luna membuka lembaran berikutnya dan yang ada hanyalah catatan-catatan perencanaan Langit selama seminggu kedepan ditahun 2008 . Luna merasa agenda ini tebal juga dan dibeberapa bagian ada yang lebih tebal . Dan ia membuka lembaran berikutnya sampai tiba di foto-foto Langit bersama teman basketnya . Dan Langit menulis beberapa kalimat ditiap foto itu, ada juga fotonya bersama Ruben . ‘ Sohib yang sama gilanya sama gue , hahaha.. Ben, Ben ‘. Luna tersenyum membacanya dan ia meneruskan hingga melihat ada pembatas berwarna merah muda . Geli rasanya membayangkan Langit memilih warna merah muda . Pembatas berbentuk kertas juga dengan bacaan dari tinta silver besar ‘ LOVE STORY ‘ . Luna tertarik sekali melihat-lihatnya . Lembar berikutnya berisi tulisan tangan Langit . 


17 April 2007
          Begitu dapat ini agenda , gue langsung membatasi bagian ini untuk kisah cinta gue selama memakai seragam putih abu-abu . He..he.. Nggak afdol rasanya kalau SMU tanpa kisah cinta .
     Hanya itu saja yang ditulis oleh Langit , Luna membalik halaman berikutnya dan ia mendapati foto kesepuluh mantan pacar Langit . Termasuk Devi didalamnya .Dan foto itu disilang besar dan ditulis Eks’girl . Luna membalik halaman berikutnya dan betapa kagetnya ia melihat ada foto-fotonya . Foto ia memakai seragam putih abu-abu, seragam batik sekolah, seragam olahraga sekolah . Seragam paskibrakanya yang penuh kebanggan, termasuk saat memakai kostum cheerleaders dan saat kelulusan dengan seragam putih abu-abu penuh coretan dan pilox . Luna nggak pernah tahu kapan Langit mengambil foto itu . Lalu di lembar terakhir ada tulisan Langit . 

17 April 2007
          Gua udah nggak sabar pengen nulis ini setelah nempelin semua fotonya disini . Cewek satu ini nama lengkapnya Luna Indah Gunawan ( namanya cantik kayak orangnyakan ) . Pertama kali ketemu dia , dilapangan basket karena nggak sengaja terbentur bola yang terpental kena ring basket . Tapi kompensasinya bukan main bangetkan, gue jadi tahu kalau di 9 ada cewek secute Luna gue . Pede amat gue .
            Luna membuka lembar berikutnya lagi , tidak ada apa-apa . Luna terus membalikkan lembaran namun tidak menemukan apa-apa . Hingga dibagian akhir ia melihat sebuah foto ditempelkan disana dihiasi pigura yang dilukis pensil . Fotonya dan Luna di ulang tahun Metta tepat saat ia mencium punggung tangan Luna . Luna baru sadar dilembar sebelah kirinya sebelum bagian akhir ini ada tulisan . 

Foto ini pas ulang tahunnya sahabat Luna si Metta di Bandung
Sebelum foto ini diambil ada insiden diantara gue dan Luna
Psstt.. gue nggak sengaja nyium Luna
Tapi nggak di Lip kayaknya , nggak tahu juga sih gelap abisnya
Si Ruben konyol matiin lampu buat games
Tapi kalau nggak begitu mungkin insiden itu nggak bakal terjadi hehe

            Mengingat kejadian itu membuat Luna jadi malu sendiri . Tapi ini tidak menjelaskan apa-apa . Luna nggak ngerti dengan ini semua . Kenapa Langit mengumpulkan foto-fotonya selama di SMU . Bukannya foto cewek itu, tapi agenda ini isinya memang semua teman dan mantannya Langit . Mungkin Langit nggak mau menceritakan apa-apa di agenda putih ini . Luna menutup agenda itu . Ia memegang dadanya , terasa sesak disana karena perasaan yang tiba-tiba datang karena membaca semua ini . Apa maksud Langit, mungkin karena Luna teman dekatnya makanya ia menaruh foto-foto Luna juga . Belum tentu juga dia ngumpulin foto-foto Luna dari zaman SMU . Bisa saja ia minta saat nggak sengaja melihat-lihat album foto teman SMU dulu .          
            Ulang tahun Luna hanya tinggal hitungan hari saja, sama seperti hari kemerdekaan Indonesia . Luna juga lahir ditanggal yang sama . 17 Agustus dan tahun ini ia genap berusia 20 tahun . Apa yang akan ia dapatkan ia tidak tahu dan tidak mau terlalu memikirkannya . Dan ia baru sadar , kalau saat ini yang diinginkannya adalah Langit . Memikirkan Langit hatinya terasa sakit dan seperti ada luka yang akan kembali terbuka . Sakit karena benar-benar tidak terbalas, Langit akan pergi atau mungkin sudah pergi ke New York. Ponselnya berbunyi membuat Luna kaget dan ia melirik ponselnya ‘ Metta ‘ .
“ Ya Mett “.
“ Hai.. birthdaynya tinggal beberapa hari nih, dua hari lohh, jadi gimana nih ?” tanya Metta .
“ Gimana apanya ?”.
“ Mau dirayain gimana oneng , gimana sih lo, masih di bumi nggak sih atau lagi di Mars jadi nggak nyambung“.
“ Lagi dikamar gue “.
“ Apa plan buat birthday lo kali ini?”.
No plan “.
No plan gimana ?”.
“ Ya no plan, gue nggak ada rencana apa-apa “.
“ Nggak asik lo, padahal gue mau berkunjung ke rumah lo masa nggak ngapa-ngapain “.
“ Haduhh.. berisik lo kayak Starla , kalo dirayain gue ngerasa kayak udah setua Indonesia nih Mett “.
“ Yaelahh.. itu lagi , udah deh umur ya umur , taste tetap mudakan itu bebas “ .
“ Gue lagi nggak mood banget ngelakuin apa-apa “.
“ Karena Langit , lo udah benar-benar bisa berfikir jernih tentang perasaan lo ke dia?”.
“ Kayaknya sih begitu “.
“ Trus hasilnya positif ?”.
“ Positif “.
“ Berarti Langit musti tanggung jawab “.
“ Pala lo, lo pikir gue hamil “.
“ Maksud gue Langit harus tanggung jawab karena bikin lo jatuh cinta sama dia jangan main pergi begitu aja“.
“Ini takdir “.
“ Yaelahhh oneng, takdir ada yang bisa dirubah kali kalau lo mau ngerubahnya “.
“ Haduhhh.. jangan ceramah dulu deh ya, gue capek , udah dulu ya Mett “ Luna menutup telpon sepihak .


Dilema


     Luna masuk kerja kembali lusa, ia membagikan oleh-oleh untuk teman dikantor berupa coklat . Buat mas Fahri pastinya bukan coklat , ia memberikan kemeja keren . Juga Luna menitipkan topi untuk Fatir .
“ Pagi Langit !!” sapanya begitu masuk keruangan.
“ Heii.. pagi, akhirnya ada keceriaan lagi, sepi nggak ada lo “.
“ Ya iyalah gue , oh iya nih gue punya oleh-oleh buat lo “ kata Luna . “ Julurin tangan lo “ Langit nurut . Dan Luna memasang gelang itu ketangan Langit . Langit memandang bandul peraknya yang berbentuk bulan sabit .
“ Keren banget “.
“ Ya iyalah, jadi kita impas “ jawab Luna . “ Gue punya kalung dan lo punya gelang yang ada bulan sabitnya biar .. “.
“ Gue selalu ingat sama lo , gue tahu “ Luna tersenyum membuat Langit gemas sekali padanya . Sekembalinya Luna kekantor ia sudah disibukkan kembali dengan rutinitasnya , pitching dan meeting di perusahaan klien . Semuanya kembali dijalani dengan Langit .

            Pagi itu Luna baru sampai di kantor tepatnya diruangannya dan ia menemukan sebuah kotak kado berwarna putih , ia mengambil dan membukanya . Ada fotonya terpampang didepan sampul majalah MODE edisi Agustus itu . Luna benar-benar tidak percaya, Luna yang bukan siapa-siapa . Hanya seorang asisten creative head bisa tampil sebagai sampul majalah fashion sekelas  MODE tidak dapat ia percaya . Disampul itu tampak Luna yang berdiri ditengah jalanan New York . Itu gaun pertama yang dipakainya saat pemotretan . Ia membuka lembar pertama dan menemukan kartu , Luna membukanya . 

            Dear Luna…
            Gue berhasil membuat kepala penyunting gue terpesona sama lo
            Dan dia setuju lo jadi cover edisi Agustus ini
 Semoga lo suka hasil fotonya
                                                                                                            Carlo


“ Carlo.. Carlo, memang tukang pembujuk ulung nih orang “ Luna membuka lembar berikutnya hingga ia mendapati fotonya sendiri , hasilnya memang bagus sekali . Carlo memang pandai memotret . Pintu ruangan terbuka dan Langit muncul .
“ Pagi Lun !!”.
“ Pagi “.
“ Gue juga dapat , dikasih sama Carlo , cantik banget lo disitu , dan gue juga kirimin buat Ruben dan Metta “.
“ Ya ampun lo repot-repot banget “ kata Luna heran.
“ Nggak apa-apa., biar sahabat lo lihat ternyata sahabatnya Luna bisa jadi foto model “ Luna tertawa begitu pula dengan Langit . 

            Siang harinya Carlo menelpon dan mengajak Luna makan siang bersama di restoran favoritnya . Carlo suka makanan Jepang jadi mereka makan direstoran tempat Langit biasa memesan makanan .
“ Lo pernah makan disini ?” tanya Carlo .
“ Nggak, tapi Langit sering beliin makan siang disini “ Carlo mengangguk mengerti . Langit lagi batinnya .
“ Gimana fotonya, suka ?”.
“ Suka, lo jago banget deh “.
“ Gue “ makanan datang dan mereka mulai menyantap makanan mereka . Carlo memesan Chirashi-Zushi sedangkan Luna memesan Fushion-Zushi . Mereka makan sambil bercanda dan mengobrol banyak . Entah kenapa bisa akrab juga sama cowok yang awalnya bikin sebal ini sama seperti Langit . Pulang dari restoran Carlo mengantarkan Luna kekantornya namun sebelum Luna keluar Carlo menahannya .
“ Lun !!”.
“ Ya “.
“ Gue besok berangkat ke Perancis “.
“ Hah..kok mendadak ?”.
“ Edisi MODE bulang Agustus ini adalah edisi terakhir gue di MODE , gue dapat kerjaan yang lebih bagus di Perancis “.
“ Jadi lo bakal pindah donk ?”.
“ Iya “.
“ Ya udah, lo.. baik-baik disana deh,  jaga diri dan jangan ikut pergaulan bebas hehehe” Carlo tersenyum namun dia terlihat beda seperti ada yang ingin ia katakan . “ Ada apa Car, kayaknya ada yang mau lo bilang ke gue “.
“ Lun..gue bakal pergi tapi sebelum pergi gue pengen lo tahu sesuatu “.
“ Apa ?”.
“ Pertama kali lihat foto lo , pertama kali ngelihat lo secara langsung dan pertama kali bisa menghabiskan waktu sama lo , gue .. jatuh cinta sama lo “ Luna kaget banget dengarnya , Mana ia sangka kalau ternyata Carlo menyukainya .
“ Car.. lo “.
“ Gue serius Lun “ potongnya . “ Tapi .. gue rasa .. gue nggak ada dihati lo “.
“ Lo ada .. “ Carlo memandang Luna seketika . “ Teman.. lo ada buat gue sebagai teman “ Carlo kembali memandang kedepan .
“ Gue tahu itu , karena .. lo kayaknya .. jatuh cinta sama Langit “ Luna dikagetkan dua kali bahkan kali ini lebih kaget . Dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaanya ke Langit bagaimana Carlo bisa mengatakan ia jatuh cinta sama Langit .
“ Car .. lo ..”.
“ Nggak apa-apa lagi Lun, Cuma gue pikir lo perlu tahu perasaan gue ini , gue nggak bisa pergi dengan perasaan nggak karuan tanpa tahu gimana sebenarnya perasaan lo ke gue “ jawab Carlo setenang sebelumnya . “ Tapi sekarang gue tahu dan gue ngerti . Yang penting lo tahu kalau gue sayang lo , lo nggak perlu merasa bersalah atau apapun “ Carlo mengelus pipi Luna lalu keluar dan membukakan pintu untuk Luna .
“ Gue berangkat besok pagi  , makanya gue pamit sekarang “ ucap Carlo setelah menutup pintu mobilnya . Carlo menatap mata Luna dalam . “ Boleh gue peluk lo ?”.
“ Waktu di New york lo peluk gue tanpa permisi “ Carlo nyengir dan menyimpulkan itu berarti iya . Maka ia memeluk Luna .
“ Gue sayang lo, sayang banget , makasih buat beberapa hari di New York dan segala hal yang mau lo lakuin bersama gue .. meskipun demi Langit, makasih Luna “ Luna mengangguk . Carlo melepas pelukannya lalu tersenyum dan ia kembali masuk kedalam mobilnya . Luna masih diam berdiri hingga mobil Carlo berlalu menjauh . 

            Setelah kejadian dengan Carlo itu Luna jadi berfikir keras bagaimana sebenarnya perasaan Luna ke Langit . Apakah ia benar-benar jatuh cinta pada langit . Kalau benar ia jatuh cinta maka kasihan sekali dia . Cintanya bertepuk sebelah tangan . Langit sudah cerita soal cewek yang cinta pertamanya itu . Jadi mana mungkin Langit bisa jatuh cinta lagi kalau sampai sekarang saja ia masih mengingat cewek itu . Pagi itu dikantor , Luna berdiri diambang jendela dan melihat kearah langit diluar sana . Sebuah pesawat terbang tampak diatas langit .
Apa mungkin Carlo ada didalamnya batinnya .
“ Biasanya perasaan itu datangnya terlambat Lun “ Langit berkata pelan dari sebelahnya . Ia juga melihat kearah langit . “ Jangan sampai lo menyesal , ketika dia sudah pergi , lo malah merindukananya dan tersiksa dengan perasaan lo sendiri “ Luna memandang Langit yang masih memandang keluar jendela . Jangan-jangan Langit tahu kalau Carlo mencinta Luna makanya dia berbicara seperti itu . Luna merasa benar-benar dilema karena belum bisa menentukan perasaannya sendiri . Ia masih ragu apa ia benar mencintai Langit . Atau dia hanya terbiasa bersama Langit .
“ Bisa karena terbiasa Lun “ terdengar suara Metta diseberang . Luna menelpon Metta dengan handphonenya sambil baring-baring diatas kasur empuknya .
“ Maksudnya dalam masalah gue apaan ?”.
“ Ya lo bisa jatuh cinta sama Langit karena terbiasa bersama dia “.
“ Apa iya Met “.
“ Bisa iya, bisa nggak , tergantung lo nya “ jawab Metta .“ Cuma lo yang tahu perasaan lo yang sebenarnya  “.
“ Gue justru bingung Met “.
“ Dibawa tenang dan relax aja dulu Lun , siapa tahu ntar lo ketemu jawaban hati lo “.
“ Dilematis banget nih “.
“ Hehehe.. “.
“ Kenapa lo ?”.
“ Akhirnya lo ngerasain gundah gulana juga “.
“ Ikhh lo tuh Met, gue serius ini “.
“ Iya, lo bawa relax aja deh , santai dulu sementara waktu ntar juga lo bisa kok nemuin jawabannya jangan terlalu dibawa pusing ntar lo stress lagi satu kampung sibuk deh “.
“ Hehehe.. iya juga sih “.
“ Gitu donk, nggak usah pusing-pusing , jodoh toh nggak kemana “ seloroh Metta . “ Oh iya lo udah tahu belum kalau Langit bakal pindah kuliah di New York, bokapnya pengen Langit lebih banyak belajar lagi disana “.
“ Serius lo, kok nggak bilang dari tadi “.
“ Abis lo udah nyerocos duluan ceritain perasaan lo ke Langit “.
“ Tapi kok dia nggak cerita ke gue ya “.
“ Sibuk kali jadi lupa “.
“ Gitu ya “ Luna jadi merasa sedih . Carlo baru saja pergi masa Langit juga akan akan pergi . Tapi mendengar Langit akan pergi justru membuat perasaannya semakin berat dan sakit .


Barbie on the New York Street

     Trveling bag Luna sudah siap diruang tamu, mama dan papa mengantarnya sampai depan pintu .
“ Kak jangan lupa oleh-oleh ya “ Starla mengingatkan .
“ Iya La “.
“ Hati-hati disana ya Lun “ pesan mama .
“ Iya ma “.
“ Nanti jangan lupa kirim email kalau udah sampai di New York “ pesan papa pula .
“ Iya pa , Orion , Leo , kakak berangkat ya “.
“ Hati-hati kak “ kompak mereka . Luna menarik traveling bagnya keluar dan Carlo sudah menunggunya dengan Langit . Luna akhirnya setuju untuk ke New York, ia izin ke kantor ( tapi sebenarnya Laingit yang mintain izin ) .
“ Pamit ya om, tante “ ucap Langit .
“ Hati-hati ya nak Langit “.
“ Mari om, tante “ mama dan papa mengangguk kearah Carlo . Lalu Luna masuk kedalam mobil dan duduk di kursi belakang .
“ Thanks banget ya Lun udah setuju “.
“ Gue ngelakuin ini karena Langit , karena gue nggak mau ngebebanin dia dengan curhatan soal sepupunya yang nyebelin tukang maksa “ jawab Luna jutek .
“ Hahaha.. lo jutek makin cute “ puji Carlo .
“ Udah Lun, ntar lo juga bakal have fun kok “.
By the way, beneran nih nggak apa-apa gue izin ?”.
“ Nggak apa-apa “ jawab Langit tenang .
“ Om udah izinin kok “ Carlo meyakinkan .
“ Om , om siapa ?”.
“ Om guelah “.
“ Emangnya yang punya Dunan om lo ?” Luna baru tahu soal itu .
“ Lo nggak tahu ?”.
“ Nggak “.
“ Direkturnya Dunan itu om gue , adik kembarnya bokap gue , om Adinata Dunan “.
“ Adinata Dunan ?”.
“ Iya , bokapnya Langit “.
“ Hahh !!” Luna baru tahu soal itu . Ia hanya tahu kalau yang punya Dinata Advertising omnya Langit tetapi ia tidak tahu kalau yang punya Dunan itu bokapnya Langit . “ Lo nggak pernah cerita Lang “.
“ Untuk apa, nggak penting juga “.
“ Pantas kalian mirip , ternyata bokapnya kembar “.
“ Masa sih kita mirip, perasaan cakepan guelah “ jawab Langit sambil menoleh ke kaca sebentar.
“ Iya sih emang “ gumam Luna .
“ Apa Lun ?” serentak mereka .
“ Nggak ada “ jawab Luna cepat . Begitu sampai dibandara , Langit membawakan koper Luna sampai ke boarding pass .
“ Titip Luna gue ya “ kata Langit sambil nyengir .
“ Ntar pas balik dia jadi Luna gue “ jawab Carlo balas nyengir.
“ Apaan sih lo berdua, gue Lunanya bokap ama nyokap gue , jangan seenaknya donk “.
“ Gitu aja marah “ kata Carlo ternyata dia sama usilnya juga sama Langit .
“ Gue berangkat ya Lang “ Langit mengangguk . Entah kenapa rasanya berat sekali mau berangkat meninggalkan Langit . Dia merasa sudah sangat dekat dengan Langit .
“ Jaga diri baik-baik ya, si Carlo belum tentu bisa jagain lo , jaga dirinya sendiri aja dia susah “ Luna nyengir.Langit mencubit gemas hidung Luna lalu memeluknya . Rasa itu datang lagi, deg-degan saat Langit mencium tangannya di acara ulang tahun Metta . Padahal sebelumnya ia sudah pernah memeluk Langit pada saat menangis di rumah Ruben . Namun kali ini rasanya benar-benar beda . Ia seakan tidak ingin melepaskan pelukan itu . Tidak ingin berangkat ke New York dengan Carlo . Perlahan Langit melepas pelukannya , Carlo sempat kaget juga melihat Langit melakukan hal itu .

“ Jaga Luna ya Car “.
“ Siph , berangkat dulu bro “ Langit mengangguk . Luna masih menggenggam tangan Langit , sampai ia berjalan menyusul Carlo ia masih enggan ingin melepasnya . Langit tersenyum menenangkan dan perlahan Luna melepas genggaman tangannya dan berjalan menyusul Carlo . 

            Selama perjalanan Luna tidak banyak bicara , Carlo juga lebih banyak mendengarkan musik di ipodnya . Perjalanan panjang ke New York itu sangat melelahkan . Entah berapa lama harus dihabiskan selama berada dipesawat . Tahu-tahu semuanya seperti berlalu tanpa Luna sadari . Ia seperti kehilangan semua waktu yang dilewatinya . Sampai di hotel , mengemas barangnya , makan , istirahat semuanya dilakukannya seperti tidak disadarinya .
“ Haii !!” Carlo menjentikkan jarinya didepan Luna karena Luna melamun . “ Gue lagi ngomong Luna “ saat ini mereka sedang sarapan pagi sambil minum kopi dan makan roti . Di café yang tidak jauh dari hotel mereka menginap . Terpandang olehnya wajah Carlo, sedikit mirip dengan Langit . Dia tersenyum dan Luna teringat senyum jahil Langit .
“ Kenapa ?”.
“ Kita akan mulai pemotretan hari ini , lo siap ?”.
“ Siap nggak siap “.
“ Kita sudah mengurus izin dan semuanya , hair dresser dan semuanya sudah siap untuk make over lo “ dia kembali tersenyum membuat Luna mulai nyaman karena senyum itu mengingatkan dia pada Langit .
“ Lo atur aja bagusnya gimana “. Jam tiga sore mereka mulai pemotretan di jalan raya New york, dimana orang sibuk berlalu lalang . Luna keluar dari mobil yang sudah dipersiapkan sebagai ruang gantinya . Ia melihat beberapa bule tampak memandangnya ingin tahu, Luna memakai gaun pengantin unik yang membuat ia tampak seperti barbie . Wajahnya telah dirias cantik sekali serupa barbie , matanya dipakaikan softlens berwarna biru cerah . Carlo sedang mencoba membidik beberapa sasaran foto ketika terpandang olehnya lewat lensa , Luna yang bingung . Namun dia terpesona sekali, seperti yang diperkirakan tapi ini jauh lebih cantik dari bayangannya .
“ Hai Barbie, ready to action ?”.
“ Car, lo serius , ini rame banget ?”.
“ Emang itu maksud gue , temanya Barbie on the New York Street “.
What , lo mau pamerin gue ke bule-bule gitu ?”.
“ Mereka bisa ngelihat kok kalau akan ada pemotretan disini , jadi lo tenang aja , kita mulai aja ya “ Luna mau tidak mau setuju dan mematuhi arahan Carlo . Ia berdiri ditengah jalan New york dan Carlo mengarahkan gaya lalu memotretnya dari beberapa sisi . Lalu Luna ganti pakaian dengan gaun berwarna merah muda dengan topi yang membuatnya semakin cantik . Ia difoto sedang berjalan ditengah kerumunan orang yang berpakaian jaket tebal dan syal . Lalu mereka pindah lokasi ke dekat telpon umum , Luna berganti pakaian lagi dengan gaun berwarna merah , berdiri tidak jauh dari box telpon , Luna yang seolah menunggu bus . Dan akhirnya pemotretan selesai pukul lima sore .
“ Memang tidak sulit kalau modelnya sudah cantik dari sananya “ komentar sang hair dresser pada Carlo .
“ Aku tidak pernah salah pilih model “ jawab Carlo bangga . Pulang pemotretan Carlo mengantar Luna sampai didepan pintu kamar hotelnya . “ Makasih ya lun, setelah majalah ini terbit gue akan langsung kasih ke lo dan gue akan transfer pembayarannya “.
“ Apa ?”.
“ Lo nggak berfikir gue minta lo difoto dengan Cuma-cumakan ?”.
“ Gue pikir .. tapi gue nggak minta dibayar, gue ngelakuin ini untuk Langit “ Carlo terdiam sesaat .
“ Gue tahu, tapi gue akan tetap ..”.
“ Nggak usah Car, anggap aja perjalanan ke New York ini bayarannya toh gue juga bukan model beneran kok “.
“ Lo yakin ?”.
“ Iya “.
“ Ok, sekali lagi makasih “ Carlo memeluk Luna tiba-tiba namun rasanya beda , Luna hanya kaget .
“ Ngg..  iya, sama-sama “. 

            Keesokan harinya Luna diajak jalan-jalan oleh Carlo keliling New York . Menjelajahi tempat-tempat di New York . Makan dan nonton di bioskop . Carlo ternyata juga sangat menyenangkan . Ia juga nggak kalah ramenya seperti Langit . Carlo membelikan Luna beberapa pakaian sebagai bayaran katanya, penambah bayaran traveling ke New York dan Luna tidak boleh menolak karena sudah menolak dibayar untuk pemotretan . Selama jalan-jalan juga Carlo tidak ada habisnya memotret Luna yang berpose dengan senang hati dilatar belakangi gedung-gedung menjulang di New York . Luna juga tidak lupa membeli oleh-oleh untuk keluarga dan sahabatnya Metta, untuk mas Fahri dan untuk Langit .
“ Gue mau cariin sesuatu buat Langit “.
“ Buat Langit ?” ulang Carlo .
“ Iya , tapi apa ya ?” Luna memainkan bandul kalung yang berbentuk bulan sabit pemberian Langit .
“ Bandul kalung lo lucu deh, bulan seperti nama lo “.
“ Ini pemberian Langit “ Carlo terkesiap sesaat .
“ Langit yang ngasih ?”.
“ Iya “.
“ Mmh.. hubungan lo sama Langit sejauh apa sih Lun  ?” Carlo jadi penasaran .
“ Nggak jauh-jauh dari teman dekat “ jawab Luna sambil melihat-lihat aksesoris cowok .
“ Ada kemungkinan kalian jadian ?” tanya Carlo dan Luna menoleh kearahnya .
“ Maksud lo , Langit punya maksud dengan pemberiannya selama ini ?”.
“ Selama ini, berarti nggak Cuma kalung itu doank yang dikasih Langit ke lo ?”.
“ Emang nggak , sepatu ini “ dia memperlihatkan high heels putihnya . Entah kenapa kemarin saat mengemas dia memasukkannya . “ Dan Syal ini juga pemberian Langit “. Carlo makin terkesiap saja mendengarnya .
“ Dia sering ngasih lo barang-barang ya ?”.
“ Dia bilang bentuk tobatnya ke cewek-cewek karena dulunya playboy, dan nggak Cuma gue juga yang sering dikasih barang-barang , Metta pacarnya Ruben juga sering kok “ Carlo mengangguk mengerti . “ Mmh.. I want to see this one “ kata Luna pada wanita bule yang menungguinya melihat-lihat . Luna menunjuk sebuah gelang berwarna hitam dan ada bandul dari perak mengkilap berbentuk bulan sabit . Kebetulan sekali bukan .

Unbelieveble “ ucap Luna .
What ?” Carlo heran .
“ Bandulnya bulan sabit , gue ambil ini deh buat Langit “.
“ Kenapa “.
“ Kenang-kenangan aja “.
“ Kenapa bulan sabit ?”.
“ Biar dia ingat sama gue , Luna teman dekatnya “ jawab Luna . “ I want this , how much “ perempuan itu mengatakan berapa harganya dan Lunapun membayar .
“ Udah “.
Thank you , udah yuk “ mereka kembali ke hotel dan bersiap-siap karena besok akan kembali ke Indonesia . 

            Saking senangnya akan segera kembali ke Indonesia Luna sangat menikmati sekali perjalanan pulangnya meskipun sangat melelahkan . Mengobrol bersama Carlo dan beberapa tim yang lain yang ikut bersama mereka . Hingga akhirnya pesawat sampai juga di Indonesia . Langit menjemput mereka di bandara . Luna senang sekali melihatnya , begitu sudah dekat Luna langsung saja memeluk Langit tanpa diduga .
“ Heii.. lo pasti kangen banget sama gue “ kata Langit saking kagetnya dia .
“ Kangen banget “.
“ Mereka pacaran Car ?” tanya si hairdresser . “ Gue pikir lo sama dia yang bakal pacaran “ Carlo hanya tersenyum sinis .
“ Lo dijagain Carlokan ?” Langit melirik Carlo .
“ Gue jagain Luna lo kok “.
“ Jadi dia masih Luna gue nih ?”.
“ Hallo everybody, perlu gue tegaskan kalau gue Lunanya bonyok gue “.
“ Iya bawel “ jawab Langit sambil mengelus rambut Luna . “ Balik sekarang aja yuk, kalian pasti kecapean “.
“ Yuk deh “ Langit membawakan koper Luna , dan Carlo mengikuti mereka dari belakang . Mereka memang sangat akrab pikir Carlo sangat sulit jika gue harus masuk dan berada diantara mereka apalagi gue nggak tahu perasaan mereka masing-masing gimana batinnya . 

            Langit mengantarkan Luna sampai rumah namun tidak masuk dan hanya titip salam karena akan mengantar Carlo lagi . Begitu sampai Luna disambut bahagia oleh kedua orang tuanya dan ketiga adiknya . Meski capek Luna membuka barang-barangnya dan membagikan oleh-oleh buat adik-adiknya dan juga mama papanya . Setelah itu barulah ia bisa istirahat . Langit mengatakan kalau besok ia tidak perlu masuk kerja, ia akan mulai kerja hari Seninnya , karena Langit sudah izinkan ke pihak kantor . Agar Luna bisa istirahat dulu sehari .


Luna bersama Langit


     Beberapa hari kedepan Langit sibuk sekali karena dia sibuk membantu sepupunya untuk pameran foto . Dia bilang ini pameran foto yang digalang ia dan sepupu-sepupunya . Salah seorang sepupunya yang seorang fotografer kaliber itu sudah berkeliling dunia dalam dunia fotografi . Dan sekarang bermaksud membuat pameran foto keluarga, jadi tidak hanya sepupunya saja yang akan memamerkan foto mereka tetapi juga sepupu yang lain yang memiliki hobi fotografi . Langit juga ikut memamerkan hasil jepretannya . Maka ia mengundang teman-teman kantor untuk melihat hasil fotonya di pameran itu . Metta dan Ruben juga datang dari Bandung hanya untuk melihat pameran itu .
“ Gimana persiapan pamerannya Lang ?” tanya Luna siang itu saat mereka makan siang bersama di café depan kantor .
“ Udah clear semuanya , tinggal nunggu opening doank , lo datangkan ?”.
“ Pasti donk, gue pengen lihat hasil foto lo sama sepupu-sepupu lo “.
“ Lo bakal kaget deh gimana hebatnya sepupu gue itu , dan dia malah pengen banget ketemu sama lo “.
“ Ketemu gue ?”.
“ Iya , si Carlo pengen ketemu , dia bilang gue hebat bisa dapat objek foto secantik lo “.
“ Lebay tuh si Carlo sepupu lo “.
“ Wahh menghina lo, dia tuh justru pakarnya menilai seseorang bagus nggak difoto , cantik nggak , fotogenic nggak “.
“ Iya deh, tapi dia mah berlebihan “ Langit geleng-geleng kepala . Ini orang emang ngga pernah sadar akan apa yang udah tuhan anugerahi ke dia batin Langit .
            Sehari sebelum pameran Metta dan Ruben datang , Metta menginap dirumah Luna sementara Ruben menginap dirumah Langit .
“ Gue nggak sabar nunggu besok “ kata Metta . “ Kata Ruben foto-foto si Langit bagus-bagus banget “.
“ Oh ya “.
“ Iya “ Starla nongol di pintu yang sedikit terbuka .
“ Apaan La ?” tanya Luna . Starla masuk tanpa ditawarin .
“ Huhh.. gue mau curhat tahu “.
“ Curhat apaan ?”.
“ Tentang Dika kali “ tebak Metta . Starla nggak usah nanya dia pasti tahu Luna yang cerita ke Metta .
“ Iya nih , Dika mau kuliah di Singapore “.
“ Owh.. long distance gitu maksudnya ?”.
“ Haduhh kak, mana bisa gue , mana gue tahu dia setia ato nggak sama gue disana “.
“ Ya iya , trus lo maunya gimana ?”.
“ Gue maunya dia disini “.
“ Itu namanya lo egois , kan dia mau ngejar cita-citanya “.
“ Trus gue ?”.
“ Yahh.. dicoba aja dulu La, kalo emang lo nggak kuat yahh.. alamat breakkan “ ujar Metta .
“ Haduhh,, stress gue , lo gimana kak sama kak Ruben “.
“ Baik-baik aja “.
“ Lo kak ?”.
“ Gue, kenapa gue ?”.
“ Lo sama kak Langit gimana ?”.
“ Ya nggak gimana-gimana “.
“ Lo nggak pacaran sama dia ?”.
“ Nggak “.
“ Belum kali “ koreksi Starla .
“ Iya Lun, belom kali bukan nggak “ Metta ikut-ikutan .
“ Udah deh nggak usah pada ngaco “.
“ Padahal gue senang lihat lo sama dia kak, serasi kok “.
“ Iya juga ya “ Metta baru terpikir . “ Kok gue baru sadar kalo lo sama dia serasi “.
“ Kemana aja lo kak “ sosor Starla melempar bantal felix kearah Metta .
“ Di Bandung gue, jadi maklum deh “ Metta nyengir .
“ Haduhh.. jadi pada ngaco nih orang “.

            Jam empat sore mereka berangkat ke tempat pameran . Naik mobil Ruben , mereka bercanda-canda selama perjalanan . Si Starla juga pergi namun dia bareng si Dika yang semalam di curhatin akan kuliah di Singapore . Begitu sampai, Luna turun dari mobil Ruben . Merapikan beanie hat dikepalanya. Lalu memakai tas selempangnya . Hari ini ia memakai terusan selutut dilapisi sweater dan memakai kets putih kesayangannya . Mereka masuk kedalam gedung , Langit tidak tampak .
“ Si Langit mana ya ?” tanya Ruben . Mereka sampai didepan pintu dan ada poster besar didepan pintu bertuliskan ‘ Carlo Danes and His Cousin Collection ‘ .
“ Beneran koleksi sekeluarga “ kata Metta manggut-manggut . Merekapun masuk , begitu masuk mereka sudah disambut beberapa foto view yang jelas bukan di Indonesia . Indah sekali , Metta dan Luna mencar secara tidak sadar karena Luna tertarik pada view air terjun yang difoto Carlo . Karena sepertinya bagian awal semuanya dilabeli tanda tangan Carlo di kaca piguranya . Luna terus melihat-lihat tanpa sadar kalau  ia sendirian karena terpisah dengan kedua temannya . Lalu ada papan kayu dengan tulisan emas berbunyi ‘ Senandung Asia ‘ . Dimana disana dipampang foro-foto pemandangan yang terlihat di beberapa negara di Asia . Di kacanya tersemat label tanda tangan ‘ Indra ‘ . Berarti itu sepupunya Langit yang namanya Indra . Saat ia sedang serius melihat-lihat tiba-tiba ada beberapa cewek melihat kearahnya , mereka memperhatikannya dengan seksama . Luna menoleh dan tersenyum . Mereka balas tersenyum lalu berlalu sambil berbicara pelan . Nggak sopan batin Luna . Beberapa orang tampak agak ramai diseberang Luna berdiri . Luna berjalan kearah mereka karena penasaran . Ia berdiri agak jauh dari keramaian , baru sadar kalau berada ditengah ruangan dan ia bisa membaca kayu dengan tulisan emas yang indah ‘ Luna bersama Langit ‘ .
“ Luna bersama Langit ?” Luna mendekat karena orang-orang sudah sedikit yang melihat . Ia melihat foto dirinya sendiri terpampang disana . Ruangan bagian tengah itu berisi fotonya, keseluruhan fotonya .
“ Whoo .. lebih cantik difoto “ Luna mengangumi hasil foto itu .
“ Lebih cantik dilihat langsung kok “ suara itu membuat Luna kaget, ia menoleh dan seorang cowok memakai golf hat , jins hitam dan kemeja coklat kotak-kotak berdiri disebelah kirinya . Luna tidak mengenalnya , cowok itu tersenyum dan senyumnya manis sekali mengingatkan Luna pada seseorang . “ Senang akhirnya bisa ketemu kamu Luna “.
“ Kamu tahu aku ?”.
“ Carlo “ dia mengulurkan tangan .
“ Owh.. lo Carlo ?” Luna menyambut uluran tangan Carlo . “ Sepupu Langitkan ?”.
“ Iya, akhirnya bisa ketemu Lunanya Langit “.
“ Lunanya Langit ?”.
“ Hai Lun !!” sapa Langit . Hari itu dia keren sekali, memakai kemeja kotak-kotak hitam dengan jins hitam dan kets putih seperti Luna . “ Gimana , suka nggak ?”.
“ Kok lo malah pajang foto gue sih Lang, kenapa nggak view yang kita hunting aja ?”.
“ Banyak yang suka foto lo “.
“ Hai bro !!” seorang cowok berjanggut tipis dengan rambut jabrik namun berpakain kemeja rapi muncul bersama lelaki berkaca mata kalau dilihat sekilas mirip Afgan . “ Haii.. Luna right “.
“ Hai “ balas Luna .
“ Beneran lebih cantik dari pada difoto , lebih cute “ timpal yang mirip Afgan .
“ Lun kenalin “ Langit mendekat kepada Luna . “ Lo udah kenal Carlo kan , dan yang jenggotan tipis ini Indra“.
“ Gue Indra “ .
“ Luna “.
“ Yang satunya .. “.
“ Gua Ganes “.
“ Luna “.
“ Dia protes nih, kenapa fotonya dia yang dipajang “.
“ Foto lo cantik kayak lo “ jawab Ganes .
“ Biasa aja kok “ jawab Luna merasa aneh karena ia sendiri tidak merasa dirinya cantik atau cute kayak yang mereka bilang .
“ Jadi kita ketepikan semua foto viewnya Langit dan pilih semua foto lo buat dipajang “ jawab Carlo pula .
“ Lagian bosan jugakan kalo fotonya semua view doank , harus ada refreshnya donk , lihat salah satu ciptaan tuhan yang indah “ timpal Langit .
“ Kapan-kapan kita hang out bareng donk, gue jadi pengen kenal dekat sama lo Lun “ usul Indra lalu dia melirik Langit yang santai saja . “ Lo belum reservedkan ?”.
“ Lo pikir gue apaan ‘ reserved ‘ “.
“ Becanda neng, kali aja udah ada yang nungguin lo ya kan “ kata Ganes pula .
“ Lun, lo tertarik jadi model nggak ?” tanya Carlo tiba-tiba .
“ Nggak , bukan gue banget tuh “.
“ Padahal gue tertarik banget pengen foto lo dengan latar belakang New York “.
“ New York ?” kaget Luna .
“ Majalah MODE menampilkan beberapa gaun pengantin , gaun-gaunnya bagus banget , gue rasa gue bisa bikin lo jadi versi barbie untuk majalah itu “.
“ Lo ya Car, dimana –mana tetap aja ada ide “ salut Langit.
“ Gue merhatiin dia dari tadi, kalau Luna di rias sedikit lebih putih lagi , dipakein softlens , make upnya dibuat semirip mungkin dengan barbie pasti jadinya keren “.
“ Nggak usah ngaco deh, banyak model yang bisa kok “.
“ Iya, tapi gue suka banget sama lo “ ketiga lelaki tercengang .” Ehh.. maksud gue , gue suka karakter wajah lo , imut dan nggak bosenin , ceria gitu kelihatannya “.
“ Carlo.. Carlo , cari yang lain aja deh ya “ jawab Luna . “ Atau kalau lo ngerjainnya di New
York sekalian aja minta Paris Hilton yang jadi modelnya , kan dia sampai dibuatin boneka barbienya tuh “ Ganes, Langit dan Indra tertawa mendengarnya .
“ Luna.. Luna “ Langit geleng-geleng kepala.
“ Kok temanya Luna bersama Langit sih ?”.
“ Karena emang gue sama lo yang ada disitu , lo objeknya gue forografernya “ jawab Langit enteng .
“ Whoo.. keren banget Lun” terdengar suara Metta .
“ Met , lo dari mana aja sih ?”.
“ Keliling gue sama Ruben , ini jepretan lo Lang ?”.
“ Iya, gimana keren nggak ?”.
“ Keren “.
“ Oh iya, ben lo udah kenal mereka kan “ .
“ Hai , apa kabar “ sapa Ruben mereka mengangguk dan menyahut .
“ Met, ini sepupu-sepupu gue, Carlo, Indra dan Ganes “.
“ Lo Carlo, hasil jepretan lo keren banget “.
“ Thanks “ ucapnya .
“ Ya udah deh, kita keliling lagi yuk lihat-lihat “ ajak Langit .
            
      Ternyata usaha Carlo tidak hanya sampai disitu saja , ia masih meminta Luna untuk menjadi modelnya . Ia datang ke kantor , mengunjungi rumah Luna, mengirimi Luna bunga, boneka, coklat sebagai pujukan .
“ Ampun deh sepupu lo itu , kenapa sih dia nggak minta seleb aja yang jadi modelnya “ gerutu Luna siang itu saat sedang makan siang diruangan bersama Langit .
“ Dia lagi tergila-gila sama lo tuh, lagian lo juga sih , mana ada yang pernah nolak difoto sama Carlo malahan mereka sendiri yang nawarin diri biar bisa difoto sama Carlo “.
“ Haduhh.. Lang, gue sama cewek modelnyakan beda “.
“ Gue rasa dia penasaran sama lo karena lo berbeda dari cewek-cewek yang dia kenal “.
“ Bilangin ke dia deh, berhenti ngejar-ngejar gue buat jadi objek fotonya, gue males “. Ternyata tidak ada gunanya minta tolong Langit . Langit bilang kalau Carlo tidak akan berhenti sampai Luna mau setuju ke New York untuk foto menjadi modelnya .
“ Lo gila ya Car, gue nggak mau “ jawab Luna . Luna terpaksa mengajak Carlo bicara di café depan kantor .
Please Lun, kali ini aja , Cuma buat edisi ini doank setelah itu gue nggak bakalan ganggu dan ngejar-ngejar lo lagi “.
“ Gue nggak bisa dan lagi gue juga nggak berminat “.
C’mon Lun, gue bakal ngasih apapun yang lo inginkan , apapun “.
“ Gue nggak mau apa-apa “.
“ Please.. please.. “ dia menangkupkan tangan didepan Luna memohon dengan wajah memelas pada Luna . “ Gue udah bilang kalo gue punya model yang bukan dari kalangan model , dia cewek baru yang lebih fresh dan fotogenic “.
“ Lo nggak bisa seenaknya bicara gitu donk “.
“ Please..please.. please “. Luna berjalan memasuki ruangannya dengan malas lalu duduk di tempatnya . Wajahnya ditekuk dua belas .
“ Kenapa sih, bukannya lo bermaksud mengakhiri obsesinya Carlo ?” tanya Langit dari tempatnya .
“ Kabar buruk “.
“ Apa ?”.
“ Dia maksa gue “.
“ Fiuhh.. ya udahlah Lun, lo terima aja , itung-itung amal ngebantu  teman , trus lo bisa traveling gratis ke New York “.
“ Kok lo malah ngedukung dia sih ?”.
“ Kasihan gue lihat dia “.
“ Jadi lo nggak kasihan sama gue gitu , mentang-mentang dia sepupu lo “.
“ Bukan gitu juga Luna “.
“ Trus ?’.
“ Yahh.. dia udah janji ke pihak MODE “.
“ Urusan dia, siapa suruh janji tanpa pikir dulu “.
“ Ya udahlah, terserah lo aja Lun “. Langit beranjak dari kursinya dan keluar, wajahnya tampak lelah . Belakangan ini Luna memang banyak menyulitkan Langit dengan keluhan tentang Carlo dan lagi kinerja Luna belakangan jadi ngedrop gara-gara nggak bisa konsentrasi atas gangguan Carlo . Ujung-ujungnya Langit yang kena , dia marah-marah ke Langit padahal maksudnya mau marah ke Carlo . Luna jadi nggak enak hati .