Friday 26 August 2011

Pesta dan Pesta


     Rumah yang tampak nyaman sekali , asri dan kelihatan sejuk . Arsitekturnya sederhana namun berkelas . Luna sudah pernah sebelumnya kesini bareng sama Metta jadi dia tahu ini rumah Ruben .
“ Kita nginap dirumah Ruben ?”.
“ Iya, sebenarnya kantor ngasih fasilitas hotel tapi gue tolak karena kitakan nggak Cuma sehari doank disini “ jawabnya .
“ Kenapa nggak dirumah Metta ?”.
“ Rame keluarganya Lun, keluarga orangtuanya pada ngumpul disana buat nikahan kak Mita “.
“ Iya sih “.
“ Hei .. sampe juga akhirnya “ kata Ruben . Cowok berkulit kuning langsat kecoklatan itupun keluar dari dalam rumahnya menyambut mereka . Bertos ala dia dan Langit lalu menyapa Luna .
“ Hai Lun, tambah cantik aja lo , cantik bukan cute kayak kata si Langit “.
“ Gue capek nih “ keluh Luna .
“ Ya udah yuk masuk, gue anterin ke kamar lo berdua “.
“ Kamar lo berdua ?” koreksi Luna .
“ Maksudnya kamar lo satu, kamar gue satu , bukanya kamar kita nyatu “ Langit menjelaskan karena sepertinya Luna lagi sensitif banget hari-hari ini .
“ Sentimen banget sih Lun, lagi dapet lo ?” tanya Ruben sambil mengajak mereka masuk . Detail ruangan bernuansa coklat dan kayu, sangat manis sekali dan tertata rapi . Maklumlah mamanya Rubenkan seorang design interior dan papanya arsitek apa nggak komplit tuh . Mereka naik kelantai dua dan Ruben mengantarkan Luna kekamarnya dulu . Begitu dibuka tampak ruangan cukup besar meskipun tidak sebesar kamar Luna . Dengan kasur berseprai putih bersih .
“ Gue sengaja minta Metta yang beresin kamar lo, biar lo betah disini dan pikiran lo lebih relax sedikit “ Luna memandang Ruben seolah dia mengerti keadaan Luna , pastilah dari Metta .” Dari jendela kamar lo, lo bisa lihat perkebunan teh yang nggak jauh dari rumah gue ini, asri dan nenangin banget deh , enjoy it ya , yuk Lang“.
“ Met istirahat My Luna “.
“ Langit “ Luna memperingatkan .
“ Panggilan sayang rupanya “ Ruben nyengir .
“ Jangan ngaco lo Ben “ Luna masuk dan menutup pintu didepan hidung kedua cowok itu .
“ Galak benar “.
“ Dia lagi stress, gundah gulana, sedang mengalami pembunuhan karakter “ oceh Langit sampai didepan pintu kamarnya yang ditunjuk Ruben tepat berada disebelah kamar Luna .
“ Pantes aja “.
“ Oh ya, bonyok lo kemana ?”.
“ Lagi ke Singapore ngelihatin oma, kan oma gue udah tua jadi perlu sering-sering dijenguk “.
“ Benar juga tuh “.
“ Lo juga istirahat aja , pasti capek nyetir “.
“ Iya deh, thanks ya bro “.
“ Siph “ Langit juga masuk kedalam kamarnya 

            Saking capeknya Luna nggak bangun sampai keesokan harinya, ia terjaga tepat pukul setengah delapan . Terpandang olehnya sebuah nampan berisi sarapan, ada sandwich dan susu lalu ada vas ramping berisi bunga mawar putih . Luna bangun dan dia berjalan kearah jendela. Menyibak gorden dan tampaklah pemandangan indah bahkan sebelum jendela dibuka . Pemandangan hijau perkebunan teh yang sangat luas yang jaraknya tidak begitu jauh dari kediaman Ruben ini . Strategis benar tempat ini pikir Luna . Ia berjalan kearah nampan berisi sarapan pagi itu dan menemukan secarik kertas bertuliskan .
Lo telat brakfast Lun
Nih jangan lupa dimakan
 bisa dihajar Metta gue ntar dikirain gue pelit ama sohibnya hehe
                                                                        Ruben


Dan ada kertas satu lagi terlipat dan Luna membukanya .

Luna dipagi hariii,,, hehe
          Gue duluan ke lokasi pengambilang gambar iklan ya
          Ntar lo nyusul aja minta antar Ruben..
          Gue udah pesan ke dia , oke .. see u later
                                                                   Langit 

            Setelah membaca itu Luna mulai menyantap sandwichnya sampai habis dan meminum susu lalu kembali ke jendela , sarapan pagi sambil melihat pemandangan yang asri beginikan jarang-jarang . Maka harus dimanfaatkan selagi bisa .
            Luna datang kelokasi syuting iklan jam sembilan diantar oleh Ruben dan Metta yang dijemput oleh Ruben bersama Luna . Begitu datang mereka disambut pemandangan yang sangat bikin geli ( menurut Ruben). Langit sedang berbicara akrab sambil tertawa-tawa dengan model yang dipakai untuk iklan minuman teh ini .
“ Langit.. Langit , nggak ada matinya “.
“ Tobat kacangan ternyata “ kata Luna malas dan lebih memilih menyapa sang sutradara dan bertanya bagaimana perkembangannya . Ruben dan Metta berada disana sampai sore menemani mereka mengawasi pengambilan gambar dan syuting . Untunglah syutingnya kelar dalam sehari memang hebat tuh sutradara . Karena kalau tidak besok mereka tidak bisa hadir diacara nikahannya kakak Metta karena kecapean .
“ Makasih banyak ya pak “ ucap Luna ramah .
“ Senang kerja sama mbak Luna “ jawabnya .
“ Makasih “ seluruh kru bersiap untuk bubar .
“ Ehh Lun, besokkan ulang tahun gue , ingat nggak ?” tanya Metta .
“ Ya ampun Met, gue lupa beneran “.
“ Tega lo “.
“ Maaf.. maaf “ mereka masuk kedalam mobil Ruben sementara Langit dan model itu masih sibuk ngobrol nggak selesai-selesai .
“ Ya sudahlah, lusa gue adain acara di café “ katanya sumringah .
“ Sehari setelah kakak lo nikah, nggak salah lo “.
“ Siapa suruh dia nikah dekat-dekat tanggal ulang tahun gue , lagian ini semua gue sama Ruben yang urus , pestanya anak muda deh tapi nggak pake alkohol atau yang macem-macem pastinya Luna “ ujar Metta cepat melihat reaksi Luna .
“ Lo musti datang “ kata Ruben
“ Pesta dan pesta , ya ampun “.
C’mon , have fun donk Lun, mumpung kita bisa ketemuan nih “.
“ Tahu lo Lun, bete aja bawaannya nggak kayak Luna yang kita kenal ya babe “ Metta mengangguk setuju . Luna nggak menjawab .
“ Woyy Lang, kita duluan ya “ seru Ruben dari dalam mobil dan Langit melambai setuju . Luna tidak peduli apa yang ingin dilakukan Langit , ia hanya ingin kembali menyendiri .

            Esok rasanya datang terlalu cepat, tahu-tahu sudah harus berangkat ke pesta nikahannya kak Mitta di salah satu hotel di Bandung . Dengan malas-malasan Luna mengeluarkan gaun yang ia bawa dari rumah .
“ Lun, lo udah siap belum ?” Ruben mengetuk pintu kamar Luna jam tujuh malam .
“ Ben, lo pergi duluan aja deh sama Langit “.
“ Nggak bisa gitu donk, ntar lo naik apa ?”.
“ Tinggalin aja mobil satu dirumah, bilang Metta jangan khawatir gue pasti datang “.
“ Lo nggak apa-apakan Lun “.
“ Nggak, gue nggak apa-apa “ jawab Luna malas-malasan masih duduk manis saja diatas kasur.
“ Ya udah, kunci mobil gue , gue taruh diatas meja dekat vas bunga ini ya “.
“ Ok “.

            Metta bolak-balik nggak karuan melihat kearah pintu kedatangan , celingak-celinguk mencari-cari keberadaan sahabatnya Luna .
“ Sabarlah babe, dia janji datang kok “.
“ Iya, tapi ini udah setengah jam Ruben “.
“ Apa perlu gue jemput ?” tanya Langit yang muncul disebelah Ruben. Ia tampak tampan sekali dengan kemeja berwarna biru keunguan dan dasi berwarna abu-abu silver sesuai dengan jas abu-abu yang dipakainya . Hampir semua wanita melirik kearahnya saat dia datang tadi .
“ Nggak usahlah, tuh orangnya udah datang “ Ruben menunjuk kearah pintu kedatangan tamu . Metta menoleh begitu juga Langit yang sedang meminum punchnya terkesiap sesaat . Gadis cantik dibalut gaun terusan selutut berwarna biru keunguan , rambut sebelah kanannya disingkap kebelakang telinga memperlihatkan bahu indahnya dan diberi pita kecil berwarna silver . Sepatunya yang berwarna silver juga senada dengan tas tangan yang dipakainya . Kedatangannya menarik perhatian banyak pasang mata termasuk kaum Adam .
“ Lo sama dia nggak janjiankan Lang ?” tanya Ruben . Langit baru sadar akan kesamaan warna kemeja dan gaun Luna . Luna menghampiri mereka .
“ Hai, maaf ya telat “.
“ Lo cantik.. cantik beneran Lun, mirip.. siapa ya.. “.
“ Mirip Luna Indah Gunawan “ jawab Langit dan Luna memandangnya lalu menyadari sesuatu akhirnya .
“ Kok ?”.
“ Sama ?” kata Langit . “ Gue sama bingungnya kayak lo “.
“ Luna !!” kak Dimas muncul dan Luna berbalik .
“ Hai kak Dimas “.
“ Kamu cantik banget , aku sampai nggak ngenalin tadi “.
“ Hai semua “ Puri muncul disebelah kak Dimas .
“ Pur, kamu masih Ingat Lunakan “ Puri meneliti .
“ Luna Indah bukan ?”.
“ Iya “ jawab Luna . Dia memandang Luna dari atas kebawah .
“ Beda banget sekarang “.
“ Dia makin terlihat dewasa dan modiskan “ Puri mengangguk dengan enggan .
“ Mmh.. aku mau nyalamin kak Mitta dulu “ kata Luna lalu pergi begitu saja dan ia benar menyalami kak Mitta juga agar menjauh dari mereka . Saat sedang mengambil punch Langit muncul .
“ Gue mau lagi “.
“ Nih “ Luna memberikan pada Langit . Ia memandangi cowok disampingnya itu, benar-benar tampan dan keren dibalut jas abu-abu silver itu , berbeda dari jas yang kebanyakan tamu-tamu, basi bangetkan hitam melulu .
“ Hmm.. kayaknya kak Dimas bakal berpaling ke lo nih Lun karena penampilan lo malam ini “ goda Langit nyengir .
“ Ngaco lo “.
“ Masih cool aja lo, santai aja kali kalau sama gue , relax, be my Luna “.
My Luna?” Metta muncul .“ Sejak kapan si Langit manggil lo begitu, Lun ?”.
“ Sejak dia jadi gila “.
“ Jahat banget sih lo , oh iya Met sebenarnya tadi gue mau ajak Cathy tapi nggak enakkan dia nggak lo undang “.
“ Cathy model tadi ?”.
“ Iya Mett, cakepkan “.
“ Cck..cckkk.. “ Luna berdecak .
“ Dan rencananya besok gue mau ajak dia ke pesta lo, bolehkan “.
“ Ajak aja biar rame “.
Thank you ya “.
“ Siph !!”. Di pesta itu Luna banyak didatangi kakak-kakak kelasnya terdahulu karena kebetulan kak Mitta kakak kelasnya saat di SMU 9 . Mas Fahri akhirnya kelihatan juga diantara mereka .
“ Wuahh.. cuantek tenan iki my sister “ puji mas Fahri .
“ Mas Fahri nggak usah ngeledek “.
“ Nggak ngeledek, emang beneran “.
“ Kapan mas Fahri datang “.
“ Tadi siang bareng Dimas “.
“ Kak Dimas nggak bareng Puri ?”.
“ Puri udah disini ngebantuin persiapannya Mitta “.
“ Owh “ senang ada yang bisa diajak ngobrol akhirnya .
“ Tadi beberapa teman mas kirim salam tuh “.
“ Salam balik aja “ jawab Luna namun terlihat malas .
“ Duduk yuk “ ajak mas Fahri mengajak Luna ke kursi terdekat yang kosong . Mereka duduk, mas Fahri memandang wajah putih gadis yang sudah dianggap adik olehnya itu . Baru kali ini ia benar-benar melihat ada yang lain pada Luna . “ Kamu punya masalah ?”.
“ Nggak mas “ tatapannya masih kosong, sambil minum punch Luna menatap kearah sekitar namun tidak tahu apa yang dilihatnya .
“ Nggak mungkin, cerita donk sama mas biasanya kamu selalu cerita “.
“ Luna beneran nggak apa-apa mas “ Luna menatap langsung mas Fahri . Matanya yang indah terbingkai eyeliner itu terlihat tegas namun pandangannya sayu . Luna tidak ingin cerita apa-apa tentang apa yang dirasakannya . 

            Pesta berlangsung sampai malam namun Luna pamit pulang duluan dengan mobil Ruben karena mengantuk .
“ Diantar Langit aja ya Lun “ tawar Metta .
“ Nggak usah gue bisa sendiri kok Met, gue hafal jalannya “.
“ Bukan gitu, katanya lo ngantuk “.
“ Ngantuk dalam kadar rendah, gue duluan ya , salam buat kak Mitta “.
“ Gue anterin kedepan “ Metta mengantarnya kedepan sedang Ruben berbicara dengan beberapa tamu dan ia bisa melihat Langit yang dikerubuni fasn ceweknya . “ Lun, lo beneran nggak kenapa-napakan , gue khawatir sama lo . Cerita donk ada apa ?”.
“ Gue Cuma butuh waktu berfikir “.
“ Lun, jangan pikirin omongan gue waktu itu ya “ Metta teringat pembicaraan mereka di kamar Luna waktu  ia datang berkunjung . “ Gue Cuma asal omong aja kok, dannn… jangan bilang lo berubah begini karena pengen dapat cowok . Lun, biarin semuanya terjadi secara alami . Lo nggak perlu begini juga lo udah cantik “.
“ Lo ngomong apa sih Mett, ini semua itu gue lakuin karena gue mau “ jawabnya . “ Ya udah gua pamit ya , byee “ Luna memeluk Metta sesaat lalu berjalan kearah parkiran karena kebetulan ia memarkir mobilnya diluar .

            Keesokan harinya Metta , Ruben dan Langit sibuk berada diluar rumah Ruben . Mereka sedang mengurus pesta ulang tahun Metta nanti malam . Mengecek kembali semua yang telah direncanakan . Metta meminta Luna istirahat saja karena ia lihat Luna sepertinya sedang butuh waktu untuk menyendiri . Dalam keadaan normal meskipun Luna capek ia pasti akan menolak dan bersikeras membantu tetapi berhubung belakangan Luna mulai nggak menjadi Luna yang normal maka ia dengan senang hati menurut .
“ Dia memang bukan Luna yang gue kenal “ jawab Metta , saat mereka duduk di café memperhatikan para pelayan sibuk menghias ruangan . Café itu diboking seharian untuk ulang tahun Metta .
She’s change “ setuju Langit .
“ Biasanya dia pasti nolak gue suruh diam aja meskipun dia capek atau sakit tapi ini dia dengan senang hati menerima “.
“ Luna kayak barbie berjalan tahu nggak sekarang “ jawab Ruben yang sedari dulu memang selalu menyebut Luna barbie karena Luna putih dan memakai poni depan yang membuatnya semakin terlihat seperti barbie . Metta tertawa mendengarnya, sudah lama ia tidak mendengar Ruben menyebut Luna begitu . “ Benar-benar barbie berjalan “.
“ Dia seperti The beauty of desperate “ simpul Langit .
Beauty of desperate “ kompak Ruben dan Metta.
“ Iya, cantik tapi Cuma terpancar dari fisiknya doank sedangkan mata dan hatinya nggak memancarkan aura itu “.
“ Dalem bener “ timpal Ruben.
“ Beneran jatuh cinta dia nih Ben “.
“ Iya, sama si Cathy “ Ruben memandang Langit penuh arti dan Langit tersentak sesaat .
“ Ha..ha..ha.. ada-ada aja lo pada, Cathy mah.. yahh cantik sih “.
“ Cck..cckk.. Langit-Langit, tetepp yahh “ Metta geleng-geleng kepala . 

            Acara ulang tahun Metta diadakan pukul delapan malam, café mulai rame sebelum jam delapan malam . Ruben sudah berangkat duluan . Langit masih dirumah dan  ia sudah siap untuk berangkat . Dengan jins hitam , kets putih dan atasan t shirt hitam dilapisi jas modern ala anak zaman sekarang berwarna putih . Ia baru akan mengetuk pintu kamar Luna tepat disaat pintu itu terbuka . Tampak Luna dengan dress selutut berwarna putih dilapisi bolero berwarna hitam , stocking hitam andalan dan flat shoes putih . Poni barbienya bertengger rapi didepan dahi dan ada jepit bintang tersemat di rambutnya .
“ Udah mau berangkat ?” tanya Langit yang terpesona sesaat.
“ Iya “.
“ Ya udah yuk “. Mereka turun bersama dan masuk kedalam mobil Langit . Mereka harus mampir ke hotel menjemput Cathy . Luna memilih pindah ketempat duduk dibelakang saat Cathy datang meskipun Langit bilang tidak perlu . Luna tidak banyak bicara, ia memandang keluar lewat kaca mobil  yang tertutup . Pandangan hampa dan kosong yang sama . Langit mencuri pandang dari kaca mobilnya . Begitu sampai Cathy permisi sebentar karena terima telpon dan meminta mereka duluan saja . Jadilah Luna dan Langit masuk bersama duluan . Begitu masuk beberapa pasang mata tampak kaget juga melihat mereka datang bersama dan separuh karena terpesona pada cantik dan cakepnya mereka . Luna membawa kotak berwarna hijau warna kesukaan Metta . Tadi siang ia keliling Bandung mencari penghiburan sekaligus kado buat sahabatnya itu .
“ Hai Mett, met birthday ya “ dia memeluk sahabatnya itu .
Thank you “ balasnya . “ Lo cantik banget, lebih cantik dari gue “.
“ Dia mahh dari dulu udah cantikkan “ timpal Langit.
“ Kalian kompak benar dua hari ini , semalam sama-sama pakai biru , hari ini sama-sama pakai hitam putih “ Ruben meneliti . “ Janjian ya , wahh .. lo berdua udah jadian ya “.
“ Jangan ngaco lo Ben “.
“ Iya, gebetan baru gue mau dikemanain , kan gue tobat main dua “ cengir Langit .
“ Seharusnya gue yang tanya gebetan lo kemana ?” tanya Metta .
“ Tadi terima telpon katanya diluar “ tiba-tiba handphone Langit berdering dan ia bicara pelan .
“ Kapan acaranya dimulai ?” tanya Luna.
“ Karena lo udah datang jadi acarnya dimulai “.
“ Ya ampun lo tuh lebay banget pakai nungguin gue segala “.
“ Kan lo sahabat gue none Lune “.
“ Balik katanya “ mereka menoleh saat Langit sudah kembali pada mereka .
“ Siapa ?” tanya Ruben .
“ Cathy, ada urusan mendadak , so I’m yours Lun “.
“ Maksud lo ?” katanya malas . Metta dan Ruben tertawa melihatnya . Acara dimulai beberapa menit kemudian . Orang tua Metta tidak bisa datang karena kecapean tetapi tidak masalah karena si pengantin baru kak Mitta dan suaminya datang mewakili padahal yang jadi manten mereka tetapi dia excited banget . Tiup lilin , potong kue semuanya dilakukan . Hingga acara masuk ke games .
“ Kayak anak-anak aja “ kata Luna.
“ Ihh.. nggak asik Lun kalo nggak ada games “ jawab Metta dan Ruben naik ke panggung memandu games mereka .
“ Ok , kita bakal matiin lampu, tapi sebelum matiin lampu mendingan lo pada langsung mencar mencari pasangan karena games ini Cuma buat pasangan dan kalau lo nggak ada pasangan ntar kita yang pilihin kalo udah kita yang pilihin lo nggak boleh nolak “ yang lain berseru kecewa namun langsung buru-buru mendekat dengan pasangan mereka . Luna ditengah nggak tahu musti kemana .
Three, two, one !!” lampu mati tiba-tiba . Tiba-tiba ada yang menabrak Luna disebelah kirinya membuat ia kaget.
“ Ehh sape nih ?” tanya suara cempreng itu, Luna tahu itu siapa . Itu pasti Dudung, teman sekelasnya yang betawi banget itu . Luna buru-buru berjalan pelan kesamping dan sialnya malah ketabrak seseorang . Ia hampir jatuh kalau tidak ditahan orang itu . Orang tersebut terdorong juga ternyata hingga Luna bisa merasakan bibirnya menyentuh pinggir bibir Luna . Nyaris saja mengenai bibirnya . Dadanya berdetak kencang sekali . Mereka terdiam sesaat dikeheningan kegelapan itu , Luna bisa merasakan parfum lelaki itu , Luna tahu itu parfum bermerk apa tapi ia tidak sempat memikirkan apa-apa lagi. Bibir itu ditarik menjauh dari tepi bibir Luna . Tiba-tiba lampu menyala namun tidak didekat mereka melainkan disisi lain ruangan . Disana ada dua pasangan . Kalau tidak salah Luna adalah Prita dan Edo yang sampai sekarang masih langgeng aja . Lampu tiba-tiba menyala dan Luna tersentak begitu menyadarai siapa cowok yang masih memegangi tangannya agar tidak jatuh karena tertabrak tadi. Cowok itu membulatkan matanya sama kagetnya .
“ Luna !!”.
“ Langit !!” kontan mereka teringat kejadian tadi dan jadi salting . Muka mereka jadi sama merahnya dengan tomat .
“ Sorry !!”.
“ Sorry !!” ucap mereka berbarengan .
“ Gue nggak sengaja nabrak lo “.
“ Ada yang balik tubruk gue tadi “ lagi-lagi mereka berkata bersamaan .
“ Ya Prita dan Edo, ini mah pasangan langgeng setelah kita berdua sayang “ Ruben merangkul Metta . Mau tidak mau Prita dan Edo maju kedepan . Prita masih tampak cantik dan modis seperti dulu . “ Pilih balon “ suruhnya saat seorang pelayan datang membawa tujuh balon berwarna putih dan didalamnya ada kertas . Prita menerima jarum dari Ruben dan menusuk salah satu balon terdekat .
Duuaarrrr!!! Kertasnya keluar dan jatuh tidak jauh dari panggung kecil itu . Ruben mengambilnya dan membaca .
“ Hahaha.. emang Ta, Ta, nggak jauh-jauh dari masa SMU , lo sama Edo musti dansa salsa berdua “ Prita geleng-geleng kepala dan Edo kaget banget .
“ Wahh parah lo, kebantinglah gue ama cewek gue “ katanya .
“ Dansa.. dansa .. dansa !!” yang lain menyemangati . Musik dinyalakan mau tidak mau merekapun berdansa . Prita menuntun Edo memberikan petunjuk tapi yang namanya Edo kaku banget . Bisanya mendrible bola saja.
“ Gila.. ini mah namanya ngerjain banget “ Langit geleng-geleng kepala . Cuma berdurasi tiga menit lalu Prita dan Edo turun panggung .
Thank you guys, tinggal enam balon dan kitaaaa.. matiin lampu “ lampu mati secara tiba-tiba membuat Luna terlonjak dan memegang lengan Langit tiba-tiba . Tiba-tiba lampu sorot jatuh menerangi mereka berdua . Selama sepersekian detik mereka kaget dan lampu kembali menyala. Di panggung Ruben menahan tawa . Tidak sangka kalau kedua temannya itu akan kena giliran juga ternyata .
“ Ok.. ayo maju Luna, Langit “  mereka saling pandang dan mau tidak mau maju .
“ Mereka pacaran ya sekarang “.
“ Wahh.. klop banget ya “.
“ Kompak lho “.
“ Serasi sih, meski si Langitnya dulu playboy “ bisik-bisik mengiringi mereka .
“ Haha.. ok, pilih balon “ suruh Ruben masih sedikit tertawa . Luna menerima jarum dan melihat kearah Langit yang memberikan pandangan seolah berkata ‘ just do it ‘ . Ia menusuk balon terdekat juga dan begitu pecah Langit menangkap kertasnya yang terpelanting keluar . Ia membuka dan matanya membesar sesaat lalu memberikan pada Ruben .
“ Isinya apaan ?” tanya Luna dan Langit menggeleng tidak enak . “ Lang ?”.
“ Cckk..cckk..mujur banget lo bro “ Ruben berdecak lalu menunjukkan ke Metta disebelahnya dan Metta terbeliak juga .
“ Apaan ?” tanya Luna bingung .
“ Berikan kissing paling mesra buat pasangan lo “.
What ?” Luna kaget dan memandang Langit yang menunjukkan tampang tidak enak . “ Konyol nih “.
“ Cium..cium..ciumm !!” terdengar suara menyemangati . Ruben dan Metta bergeser .
“ Kita Mulai !!!” ucap Ruben mengedip menggoda Langit sambil menahan tawa . Mereka berdiri berhadapan.
“ Apa sulitnya sih nyium pacar sendiri “ beberapa bergumam seperti itu . Aduhh.. apalagi nih, padahal dia barusan secara nggak sengaja nyium gue , untung nggak ada yang tahu tapi ini malah ada games konyol kayak begini , Mampus gue, didepan semua orang lagi batin Luna deg-degan . Langit perlahan mendekat dan menyentuh tangan kanan Luna dan menggenggamnya . Memberikan perasaan menenangkan . Dia mendekat kearah pipi sebelah kiri Luna , Luna sudah hampir menutup mata namun ternyata Langit berbisik .
“ Maaf Lun, biar semuanya cepat selesai “ bisiknya dan Luna mengangguk pelan entah darimana datangnya naluri itu . Langit menarik wajahnya menjauh, menatap Luna dan menarik pelan tangannya dan mencium punggung tangan Luna pelan dan penuh perasaan . Perasaan Luna tidak karuan, deg-degan dan darahnya seakan berdesir tersengat karena ciuman Langit itu . Itu bukan ciuman di bibir tetapi rasanya lain, menyentuh dan mendebarkan Luna . Setelah itu Langit tersenyum dan memandang Luna .
It’s done “ bisiknya , mau tidak mau Luna tersenyum . Terdengar teriakan dan seruan dibeberapa tempat diruangan itu .
My god, sweet banget bro, padahal Cuma ciuman di tangan ala pangeran-pangeran Perancis doank “ komen Ruben . Setelah itu mereka kembali turun panggung dan berdiri bersisian . Games berlanjut hingga tujuh balon akhirnya habis . 

            Luna pulang setelah acara selesai dan langsung masuk kedalam kamarnya . Bermaksud istirahat , mengganti pakaian dengan piyamanya . Berbaring diatas kasur dan menyalakan AC . Ia menyentuh punggung tangannya yang dicium Langit tadi, masih terasa ciuman itu disana dan ia memegang dadanya . Masih deg-degan dan ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya . Dikamar sebelah Langit juga tengah berbaring memandang langit-langit kamar . Ia memegang bibirnya dan tersenyum sendiri seperti merasa bodoh . Ia memandang tembok didepannya seolah bisa menyortir menembus keberadaan Luna disebelah .



0 comments: