Friday 26 August 2011

Dilema


     Luna masuk kerja kembali lusa, ia membagikan oleh-oleh untuk teman dikantor berupa coklat . Buat mas Fahri pastinya bukan coklat , ia memberikan kemeja keren . Juga Luna menitipkan topi untuk Fatir .
“ Pagi Langit !!” sapanya begitu masuk keruangan.
“ Heii.. pagi, akhirnya ada keceriaan lagi, sepi nggak ada lo “.
“ Ya iyalah gue , oh iya nih gue punya oleh-oleh buat lo “ kata Luna . “ Julurin tangan lo “ Langit nurut . Dan Luna memasang gelang itu ketangan Langit . Langit memandang bandul peraknya yang berbentuk bulan sabit .
“ Keren banget “.
“ Ya iyalah, jadi kita impas “ jawab Luna . “ Gue punya kalung dan lo punya gelang yang ada bulan sabitnya biar .. “.
“ Gue selalu ingat sama lo , gue tahu “ Luna tersenyum membuat Langit gemas sekali padanya . Sekembalinya Luna kekantor ia sudah disibukkan kembali dengan rutinitasnya , pitching dan meeting di perusahaan klien . Semuanya kembali dijalani dengan Langit .

            Pagi itu Luna baru sampai di kantor tepatnya diruangannya dan ia menemukan sebuah kotak kado berwarna putih , ia mengambil dan membukanya . Ada fotonya terpampang didepan sampul majalah MODE edisi Agustus itu . Luna benar-benar tidak percaya, Luna yang bukan siapa-siapa . Hanya seorang asisten creative head bisa tampil sebagai sampul majalah fashion sekelas  MODE tidak dapat ia percaya . Disampul itu tampak Luna yang berdiri ditengah jalanan New York . Itu gaun pertama yang dipakainya saat pemotretan . Ia membuka lembar pertama dan menemukan kartu , Luna membukanya . 

            Dear Luna…
            Gue berhasil membuat kepala penyunting gue terpesona sama lo
            Dan dia setuju lo jadi cover edisi Agustus ini
 Semoga lo suka hasil fotonya
                                                                                                            Carlo


“ Carlo.. Carlo, memang tukang pembujuk ulung nih orang “ Luna membuka lembar berikutnya hingga ia mendapati fotonya sendiri , hasilnya memang bagus sekali . Carlo memang pandai memotret . Pintu ruangan terbuka dan Langit muncul .
“ Pagi Lun !!”.
“ Pagi “.
“ Gue juga dapat , dikasih sama Carlo , cantik banget lo disitu , dan gue juga kirimin buat Ruben dan Metta “.
“ Ya ampun lo repot-repot banget “ kata Luna heran.
“ Nggak apa-apa., biar sahabat lo lihat ternyata sahabatnya Luna bisa jadi foto model “ Luna tertawa begitu pula dengan Langit . 

            Siang harinya Carlo menelpon dan mengajak Luna makan siang bersama di restoran favoritnya . Carlo suka makanan Jepang jadi mereka makan direstoran tempat Langit biasa memesan makanan .
“ Lo pernah makan disini ?” tanya Carlo .
“ Nggak, tapi Langit sering beliin makan siang disini “ Carlo mengangguk mengerti . Langit lagi batinnya .
“ Gimana fotonya, suka ?”.
“ Suka, lo jago banget deh “.
“ Gue “ makanan datang dan mereka mulai menyantap makanan mereka . Carlo memesan Chirashi-Zushi sedangkan Luna memesan Fushion-Zushi . Mereka makan sambil bercanda dan mengobrol banyak . Entah kenapa bisa akrab juga sama cowok yang awalnya bikin sebal ini sama seperti Langit . Pulang dari restoran Carlo mengantarkan Luna kekantornya namun sebelum Luna keluar Carlo menahannya .
“ Lun !!”.
“ Ya “.
“ Gue besok berangkat ke Perancis “.
“ Hah..kok mendadak ?”.
“ Edisi MODE bulang Agustus ini adalah edisi terakhir gue di MODE , gue dapat kerjaan yang lebih bagus di Perancis “.
“ Jadi lo bakal pindah donk ?”.
“ Iya “.
“ Ya udah, lo.. baik-baik disana deh,  jaga diri dan jangan ikut pergaulan bebas hehehe” Carlo tersenyum namun dia terlihat beda seperti ada yang ingin ia katakan . “ Ada apa Car, kayaknya ada yang mau lo bilang ke gue “.
“ Lun..gue bakal pergi tapi sebelum pergi gue pengen lo tahu sesuatu “.
“ Apa ?”.
“ Pertama kali lihat foto lo , pertama kali ngelihat lo secara langsung dan pertama kali bisa menghabiskan waktu sama lo , gue .. jatuh cinta sama lo “ Luna kaget banget dengarnya , Mana ia sangka kalau ternyata Carlo menyukainya .
“ Car.. lo “.
“ Gue serius Lun “ potongnya . “ Tapi .. gue rasa .. gue nggak ada dihati lo “.
“ Lo ada .. “ Carlo memandang Luna seketika . “ Teman.. lo ada buat gue sebagai teman “ Carlo kembali memandang kedepan .
“ Gue tahu itu , karena .. lo kayaknya .. jatuh cinta sama Langit “ Luna dikagetkan dua kali bahkan kali ini lebih kaget . Dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaanya ke Langit bagaimana Carlo bisa mengatakan ia jatuh cinta sama Langit .
“ Car .. lo ..”.
“ Nggak apa-apa lagi Lun, Cuma gue pikir lo perlu tahu perasaan gue ini , gue nggak bisa pergi dengan perasaan nggak karuan tanpa tahu gimana sebenarnya perasaan lo ke gue “ jawab Carlo setenang sebelumnya . “ Tapi sekarang gue tahu dan gue ngerti . Yang penting lo tahu kalau gue sayang lo , lo nggak perlu merasa bersalah atau apapun “ Carlo mengelus pipi Luna lalu keluar dan membukakan pintu untuk Luna .
“ Gue berangkat besok pagi  , makanya gue pamit sekarang “ ucap Carlo setelah menutup pintu mobilnya . Carlo menatap mata Luna dalam . “ Boleh gue peluk lo ?”.
“ Waktu di New york lo peluk gue tanpa permisi “ Carlo nyengir dan menyimpulkan itu berarti iya . Maka ia memeluk Luna .
“ Gue sayang lo, sayang banget , makasih buat beberapa hari di New York dan segala hal yang mau lo lakuin bersama gue .. meskipun demi Langit, makasih Luna “ Luna mengangguk . Carlo melepas pelukannya lalu tersenyum dan ia kembali masuk kedalam mobilnya . Luna masih diam berdiri hingga mobil Carlo berlalu menjauh . 

            Setelah kejadian dengan Carlo itu Luna jadi berfikir keras bagaimana sebenarnya perasaan Luna ke Langit . Apakah ia benar-benar jatuh cinta pada langit . Kalau benar ia jatuh cinta maka kasihan sekali dia . Cintanya bertepuk sebelah tangan . Langit sudah cerita soal cewek yang cinta pertamanya itu . Jadi mana mungkin Langit bisa jatuh cinta lagi kalau sampai sekarang saja ia masih mengingat cewek itu . Pagi itu dikantor , Luna berdiri diambang jendela dan melihat kearah langit diluar sana . Sebuah pesawat terbang tampak diatas langit .
Apa mungkin Carlo ada didalamnya batinnya .
“ Biasanya perasaan itu datangnya terlambat Lun “ Langit berkata pelan dari sebelahnya . Ia juga melihat kearah langit . “ Jangan sampai lo menyesal , ketika dia sudah pergi , lo malah merindukananya dan tersiksa dengan perasaan lo sendiri “ Luna memandang Langit yang masih memandang keluar jendela . Jangan-jangan Langit tahu kalau Carlo mencinta Luna makanya dia berbicara seperti itu . Luna merasa benar-benar dilema karena belum bisa menentukan perasaannya sendiri . Ia masih ragu apa ia benar mencintai Langit . Atau dia hanya terbiasa bersama Langit .
“ Bisa karena terbiasa Lun “ terdengar suara Metta diseberang . Luna menelpon Metta dengan handphonenya sambil baring-baring diatas kasur empuknya .
“ Maksudnya dalam masalah gue apaan ?”.
“ Ya lo bisa jatuh cinta sama Langit karena terbiasa bersama dia “.
“ Apa iya Met “.
“ Bisa iya, bisa nggak , tergantung lo nya “ jawab Metta .“ Cuma lo yang tahu perasaan lo yang sebenarnya  “.
“ Gue justru bingung Met “.
“ Dibawa tenang dan relax aja dulu Lun , siapa tahu ntar lo ketemu jawaban hati lo “.
“ Dilematis banget nih “.
“ Hehehe.. “.
“ Kenapa lo ?”.
“ Akhirnya lo ngerasain gundah gulana juga “.
“ Ikhh lo tuh Met, gue serius ini “.
“ Iya, lo bawa relax aja deh , santai dulu sementara waktu ntar juga lo bisa kok nemuin jawabannya jangan terlalu dibawa pusing ntar lo stress lagi satu kampung sibuk deh “.
“ Hehehe.. iya juga sih “.
“ Gitu donk, nggak usah pusing-pusing , jodoh toh nggak kemana “ seloroh Metta . “ Oh iya lo udah tahu belum kalau Langit bakal pindah kuliah di New York, bokapnya pengen Langit lebih banyak belajar lagi disana “.
“ Serius lo, kok nggak bilang dari tadi “.
“ Abis lo udah nyerocos duluan ceritain perasaan lo ke Langit “.
“ Tapi kok dia nggak cerita ke gue ya “.
“ Sibuk kali jadi lupa “.
“ Gitu ya “ Luna jadi merasa sedih . Carlo baru saja pergi masa Langit juga akan akan pergi . Tapi mendengar Langit akan pergi justru membuat perasaannya semakin berat dan sakit .


0 comments: