Friday 26 August 2011

Tangisan Luna

     Keesokan harinya, jam sembilan pagi mereka janjian untuk berkeliling kebun teh yang ternyata milik omnya Ruben . Mereka berkeliling dan siapa sangka ternyata ada Cathy juga yang ikut nimbrung . Luna muncul dengan memakai jaket yang panjangnya sampai sepaha seperti yang sering dipakai Geum Jan Di di Boys Over Flower . Dan memakai legging ditambah sandal jepit . Luna berjalan dibelakang mereka sementara Metta berangkulan dengan Ruben dan Langit jalan berdua dengan Cathy sambil mengobrol .
Huhh.. tahu beginikan gue dirumah aja gerurut Luna dalam hati mereka pasang-pasangan nahh gue sendiri , pelengkap penderita donk gue , mana yang lainnya serasa dunia milik berdua dan yang lainnya .. ngontrak , sebell.. Luna berhenti dan melihat punggung-punggung teman-temannya berjalan kedepan perlahan menjauh . Ia memilih berbelok dan memilih jalannya sendiri . Terus berjalan tanpa ada tujuan . Ia merasa hampa dan sendiri lagi . Tiba-tiba perasaan sakit itu kembali datang dan menyergap . Perasaan tertekan , merasa tidak dimengerti , merasa didesak kembali datang . Air matanya mengalir tanpa permisi . Luna masih berjalan namun langkahnya semakin pelan dan gontai . Tiba-tiba terngiang semua perkataan mama , Starla , papa, Metta Orion dan Leo , Langit .
“ Makanya kak punya pacar donk biar nggak sirik sama orang yang pacaran dan lo bisa ngerasain sendiri gimana asiknya pacaran “ kata-kata Starla terngiang “ Duhh kak, gw nggak kebayang masa remaja lo kelewat begitu aja tanpa ada kisah cinta “.
“ Biasanya jadinya kebiasaankan, makanya sekarang kamu biasain mandiri donk , jangan bergantung terus sama papa “.
“ Udahlah Lun, gue capek ngelihat lo ngulum-ngulum senyum kayak begitu kayak bukan Lunanya gue “ .
“ Perubahannya nggak asik, kakak nggak ada waktu deh buat kita , papa sibuk , mama sibuk , kak Starla juga , dulu ada kakak sekarang kakak ikut-ikutan sibuk huhhh .. “ .
“ Usaha donk, buka hati lo jangan Cuma buka diri lo buat punya banyak teman “.Luna jatuh berlutut, seakan kata-kata yang terngiang itu adalah tuduhan untuknya . Untuk mereka yang kecewa pada dirinya . Childish, nggak dewasa , terlalu pasang kriteria tinggi sampai lo masih sendiri  sekarang suara dikepalanya mengatakan hal itu
“ Enggak !!” Luna menggeleng . Iya Luna kata-kata dikepalanya kembali berkata lo takut lo nggak bakalan dicintai lagi , disayang lagi kalau menjadi wanita dewasa , lo nggak siap terbebani tanggung jawab menjadi wanita dewasa , lo takut , penakut dan pecundang yeng bersembunyi
didalam topeng kepura-puraan , pura-pura semuanya oke dan baik-baik aja , padahal jauh dari perkiraan lo
“ Enggak , itu bukan gue “ langit mendung . Dan angin bertiup semilir , lalu tiba-tiba butir-butir hujan jatuh membasahi dedaunan teh . Luna berlari terus berlari dan akhirnya ia berhenti terengah-engah . Masih menangis sesenggukan . “ Gue Cuma pengen jadi diri gue sendiri, bukan berarti gue nggak mau jadi dewasa , gue Cuma ingin.. ingin .. menemukan seseorang yang bisa gue cintai.. bukan .. bukan berarti gue terlalu pemilihh.. “ matanya , hidung dan bibirnya merah karena menangis . Jaketnya mulai basah, penutup kepala jaket yang ia pakai juga telah basah dan menyerap kerambutnya . Ia mencoba kembali berjalan dan langkahnya semakin gontai, badannya terasa lemas . Pandangannya kabur karena terpaan hujan namun perlahan semakin kabur dan ia jatuh ditanah basah .

            Entah sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri Luna tidak tahu . Kelopak matanya terbuka perlahan dan retina langsung menangkap sosok Langit yang berbarng di sofa tidak jauh dari tempat tidur . Dilihatnya Metta juga tertidur disebelah Langit berangkulan dengan Ruben . Kepalanya terasa berat sekali . Langit tersadar saat Luna perlahan mencoba bangun .
“ Luna , lo udah sadar “ Langit menghampirinya . Metta dan Ruben juga tersadar . Ia merasakan matanya berat dan perih .
“ Gimana Lun, udah ngerasa baikan ?” tanya Metta .
“ Kepala gue pusing “.
“ Lo makan bubur dulu terus makan obat , kalau sakitnya nggak hilang kita ke dokter “ Ruben yang menjawab . Metta mengambil semangkuk bubur dan menyuapi Luna makan .
“ Lo kenapa Lun, kita panik nyariin lo yang tiba-tiba menghilang ?” tanya Metta sambil menyuapi Luna .Luna hanya menggeleng . “ Untung Langit berhasil nemuin lo , lo pingsan ditengah kebun teh , lo kenapa ?”.
“ Udahalah Lun, lo nggak perlu nutup-nutupin terus masalah lo “ ucap Ruben .
“ Masalah apa sih Lun yang lo hadapin ?” tanya Langit pula . Luna menolak suapan kelima bubur dari Metta .
“ Udah.. gue.. kenyang “.
“ Baru juga empat sendok Lun “ kata Langit .
Please .. “ ucapnya lirih dengan suara yang pelan . Luna terdiam dan ketiga orang itu memandangnya .
“ Luna, gue nggak suka ya lo kayak begini , cerita donk ke gue “.
“ Gue capek “.
“ Ya udah, lo istirahat aj.. “.
“ Gue capek terus sandiwara seolah gue menikmati semua ini “ ujarnya pelan membuat Metta dan Ruben bingung namun Langit menatapnya diam seolah mengerti . “ Mama, papa, Starla dan yang lainnya seolah mengerti gimana gue , mereka seolah melihat gue bahagia sesuai apa yang mereka inginkan , gue capek, capek.. banget “.
“ Kan gue udah bilang , jadi diri lo sendiri aja “ Metta dan Ruben menoleh kearah Langit yang masih menatap Luna serius .
“ Mereka berubah seiring bertambahnya umur gue , mereka berubah , perlakukan mereka, cara bicara mereka , semua omongan mereka , gue nggak ngerti “ jawab Luna . “ Gua bahagia dengan diri gue tapi mereka nggak bahagia melihat gue seperti itu “.
“ Lun .. “.
“ Gue nggak dewasa , nggak bisa mandiri , nggak punya pacar , bahkan diumur gue yang hampir menginjak 20 tahun bagi gue itu bukan masalah tapi.. kenapa sih mereka mempermasalahkannya dan menekan gue .. terus mendesak gue , gue capek “ Metta jadi merasa bersalah karena sempat bicara topik terlarang itu .
“ Luna !!” kali ini Langit mendekati Luna dan duduk disebelah Luna , ia menatap langsung mata Luna yang merah dan bengkak . “ Seseorang justru  dewasa ketika ia bisa menjadi dirinya sendiri karena dengan begitu ia memiliki jati diri , nggak terseret arus untuk mengikuti orang lain , lo yang childish , manja, nggak mandiri , itulah diri lo sebenarnya . Nggak ada yang perlu dirubah kok , toh waktu yang akan membuat lo dewasa sepenuhnya . Kalau lo belum dewasa gimana bisa lo memberikan ide-ide cemerlang untuk perusahaan , gimana bisa lo mengatasi masalah-masalah selama ini , lo nggak bisa dewasa secara instant , dewasa juga butuh proses . Kalau dipaksain .. ya hasilnya kayak begini . Lo yang sakit , lo tertekan dan lo juga yang menangis diatas kebahagiaan orang disekitar lo “ Metta dan Ruben memandang Langit dan mereka mengerti apa yang dimaksud oleh Langit . Luna menangis mendengar perkataan Langit dan tiba-tiba ia memeluk Langit . Menangis didalam dadanya seakan mencari perlindungan disana . Metta dan Ruben bisa mengerti . Metta mengelus lembut lengan Luna menenangkannya .
“ Maafin gue Lun, gue bego ngomong begitu ke lo “ ucap Luna . “ Lo berhak bahagia dengan cara lo , dan lo juga berhak bahagia dengan atau tanpa pacar “ Luna menarik kepalanya dari pelukan Langit dan ia gantian memeluk Metta .
“ Nggak Met, gue aja yang bego terlalu menganggap dan memikirkan itu semua “ jawab Luna sesenggukan . “ Gue yang desperate duluan karena merasa nggak bisa membuat orang disekitar gue bahagia dengan sikap gue selama ini “.
“ Kita justru bahagia dengan lo si barbie ceria dari pada lo si barbie kaku “ jawab Ruben membuat Luna tersenyum kecil melepas pelukannya dari Metta .
“ Tapi lo nangis justru kelihatan lebih cantik Lun “ celetuk Langit santai .
“ Hahh.. mata gue bengkak begini , gila aja “ gaya bicara Luna yang lama mulai keluar lagi meski dengan suara serak dan parau .
“ Iya, mata lo jadi beriak kayak air , trus hidung lo merah .. “.
“ Kayak lagi flu “.
“ Dan bibir lo juga merah kayak ..”.
“ Kepedesan makan bakso “.
“ Nggak .. kayak baru habis dicium “ seketika Luna terdiam dan menatap Langit , Langit balas menatap dan mereka jadi salah tingkah . Ruben dan Metta heran . Luna dan Langit teringat kejadian dikegelapan ulang tahun Metta . Memang bukan dibibir , tapi tipis banget jarak ujung bibirnya itu .
“ Kenapa sih ?” tanya Metta .
“ Lo ngayal jorok ama Cathy ya , Lang ?” tanya Ruben nggak nyambung .
“ Ngaco lu “ kata Luna tiba-tiba . “ Mentang-mentang playboy , mana ada orang yang abis ciuman bibirnya merah “.
“ Tanya aja ke Ruben  sama Metta “ suruh Langit yang sudah kembali santai kali ini justru Metta dan Ruben yang salah tingkah .
“ Nggak sopan lo, pertanyaan pribadi tuh “ Ruben menonjok lengan Langit .
“ Ouchh !!”.

0 comments: